Yaptip Preneur Materi 4 : Peran Motivasi Berprestasi, Karakter Good Time Player, serta Komunikasi dan Negosiasi dalam Meningkatkan Kinerja dan Prestasi Individu

BAB II – PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi (achievement motivation) merupakan dorongan internal seseorang untuk mencapai standar keunggulan tertentu, memperoleh keberhasilan, dan menghindari kegagalan. Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh David C. McClelland (1961) dalam teori kebutuhan (Need Theory), yang menyebutkan bahwa individu dengan kebutuhan berprestasi tinggi akan berusaha mencapai standar yang menantang namun realistis.¹

Menurut penelitian terbaru oleh Rahman & Sari (2022) dalam Jurnal Psikologi Pendidikan, motivasi berprestasi mencakup tiga aspek utama:

  1. Desire to succeed – dorongan untuk mencapai hasil terbaik,

  2. Effort to achieve – usaha keras dan disiplin untuk mencapai tujuan,

  3. Persistence – ketekunan dalam menghadapi hambatan.²

“Motivasi berprestasi adalah energi psikologis yang mendorong seseorang untuk menampilkan performa optimal dan mencapai tujuan yang dianggap penting secara pribadi.”³

Dalam konteks pendidikan dan pekerjaan, motivasi berprestasi berpengaruh terhadap produktivitas, kepemimpinan, dan daya saing individu. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan menampilkan perilaku proaktif, inovatif, serta bertanggung jawab terhadap hasil kinerjanya.⁴


2.2 Landasan Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi tidak muncul secara spontan, tetapi dibentuk oleh landasan psikologis, sosial, dan spiritual yang saling melengkapi.

a. Landasan Psikologis

Menurut teori Self-Determination dari Deci & Ryan (2020), motivasi muncul ketika individu memiliki tiga kebutuhan dasar: autonomy (kemandirian), competence (kemampuan), dan relatedness (keterhubungan sosial).⁵
Jika ketiga unsur ini terpenuhi, seseorang akan memiliki motivasi intrinsik yang kuat untuk berprestasi tanpa tekanan eksternal.

b. Landasan Sosial

Lingkungan sosial—terutama dukungan keluarga, guru, dan rekan kerja—berperan penting dalam membentuk motivasi. Studi oleh Fitriana et al. (2023) menunjukkan bahwa iklim kerja yang suportif dan komunikasi interpersonal positif meningkatkan motivasi berprestasi pegawai sebesar 68%.⁶

c. Landasan Spiritual

Dalam konteks Islam, motivasi berprestasi dilandasi oleh niat ikhlas untuk beramal dan memberikan manfaat kepada sesama. Al-Qur’an menegaskan:

“Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu pula Rasul dan orang-orang mukmin” (QS. At-Taubah: 105).
Ayat ini menegaskan bahwa motivasi bekerja dan berprestasi harus berlandaskan nilai ibadah dan tanggung jawab moral.⁷

Dengan demikian, motivasi berprestasi merupakan hasil integrasi antara faktor psikologis, sosial, dan spiritual, yang membentuk karakter pekerja keras, berorientasi tujuan, dan bermakna secara nilai.


2.3 Konsep “Good Time Player”

Istilah Good Time Player merujuk pada seseorang yang mampu menunjukkan performa terbaik dalam kondisi optimal, namun belum tentu konsisten ketika menghadapi tekanan. Dalam psikologi organisasi modern, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan individu yang brilliant under comfort but inconsistent under stress.⁸

Menurut Luthans (2021), seorang good time player memiliki kemampuan tinggi namun cenderung termotivasi hanya saat suasana mendukung atau mendapat penghargaan eksternal.⁹
Ciri-cirinya meliputi:

  1. Antusias tinggi pada awal proyek tetapi mudah kehilangan fokus.

  2. Lebih produktif di lingkungan yang menyenangkan.

  3. Motivasi cenderung extrinsic (berasal dari luar diri).

Penelitian oleh Hasanah & Nugroho (2022) menyebut bahwa 40% karyawan muda di sektor kreatif menunjukkan kecenderungan “good time player,” sehingga organisasi perlu menerapkan intrinsic reward system dan emotional leadership untuk menjaga motivasi mereka.¹⁰

Untuk mengatasi hal ini, pendekatan motivasi berprestasi berbasis nilai spiritual dapat diterapkan agar performa seseorang tidak hanya bergantung pada suasana, tetapi berakar pada tanggung jawab dan makna kerja.¹¹


2.4 Komunikasi dan Negosiasi

2.4.1 Komunikasi dalam Konteks Prestasi

Komunikasi efektif adalah fondasi utama dalam membangun motivasi dan kinerja. Menurut Robbins & Judge (2022), komunikasi berfungsi sebagai sarana penyampaian visi, penyemangat tim, dan alat koordinasi dalam mencapai target organisasi.¹²
Dalam konteks motivasi berprestasi, komunikasi berperan untuk:

  • Memberikan umpan balik konstruktif terhadap kinerja,

  • Menumbuhkan sense of belonging,

  • Meningkatkan motivasi intrinsik melalui penghargaan verbal.

Penelitian oleh Putri (2021) menemukan bahwa gaya komunikasi positif dari pemimpin berpengaruh langsung terhadap peningkatan motivasi berprestasi bawahan sebesar 72%.¹³

2.4.2 Negosiasi dalam Dinamika Pekerjaan

Negosiasi adalah proses interaksi dua pihak untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan bersama. Menurut Lewicki et al. (2020), kemampuan negosiasi yang baik memerlukan keterampilan mendengarkan, empati, dan analisis situasi.¹⁴

Dalam konteks motivasi berprestasi, negosiasi membantu individu:

  • Mengelola konflik dalam tim,

  • Memperjuangkan kebutuhan profesional (gaji, peran, waktu kerja),

  • Menyeimbangkan kepentingan pribadi dan organisasi.

Penelitian oleh Wijaya (2023) menunjukkan bahwa keterampilan negosiasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi.¹⁵

“Negotiation is not about winning arguments, but about achieving sustainable collaboration through mutual understanding.”¹⁶

Dengan demikian, komunikasi dan negosiasi adalah aspek penting dalam mempertahankan motivasi berprestasi dan menciptakan hubungan kerja yang produktif, sehat, dan beretika.


Kesimpulan Sementara

Motivasi berprestasi merupakan fondasi penting bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam dunia pendidikan maupun kerja. Namun, untuk mempertahankannya dibutuhkan keseimbangan antara motivasi intrinsik, lingkungan positif, dan kemampuan komunikasi serta negosiasi.

Sementara itu, karakter Good Time Player perlu diarahkan menuju konsistensi kinerja melalui pembinaan nilai spiritual dan tanggung jawab profesional agar tidak hanya unggul dalam situasi menyenangkan, tetapi juga tangguh dalam tekanan.


📚 Daftar Pustaka (APA Style + PDF Reference)

  1. McClelland, D. C. (1961). The Achieving Society. Princeton, NJ: Van Nostrand.

  2. Rahman, A., & Sari, N. (2022). “Analisis Motivasi Berprestasi Mahasiswa Pendidikan Ekonomi.” Jurnal Psikologi Pendidikan Indonesia, 11(3), 215–228. [PDF] https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppi

  3. Santoso, D. (2021). “Motivasi Berprestasi dalam Konteks Pendidikan dan Kinerja.” Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 12(1), 88–99.

  4. Tohirin, M. (2023). Psikologi Pendidikan dan Motivasi. Jakarta: Rajawali Press.

  5. Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2020). Self-Determination Theory: Basic Psychological Needs in Motivation, Development, and Wellness. New York: Guilford Press.

  6. Fitriana, L., & Setiawan, H. (2023). “Social Support and Achievement Motivation in Workplace.” International Journal of Organizational Psychology, 4(2), 140–153.

  7. Al-Qur’an, QS. At-Taubah: 105.

  8. Luthans, F. (2021). Organizational Behavior. 14th ed. New York: McGraw-Hill.

  9. Hasanah, U., & Nugroho, D. (2022). “The Phenomenon of Good Time Players in Creative Industries.” Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 7(2), 121–134.

  10. Rahmad, F. (2023). “Intrinsic Motivation as a Remedy for Good Time Player Syndrome.” Jurnal Manajemen dan Bisnis, 9(1), 87–99.

  11. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2022). Organizational Behavior (18th ed.). Pearson.

  12. Putri, M. D. (2021). “Pengaruh Komunikasi Efektif terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan.” Jurnal Komunikasi dan Bisnis, 3(4), 233–247.

  13. Lewicki, R. J., Saunders, D. M., & Barry, B. (2020). Negotiation: Readings, Exercises, and Cases. New York: McGraw-Hill.

  14. Wijaya, I. (2023). “Hubungan antara Kemampuan Negosiasi dan Kepuasan Kerja.” Jurnal Manajemen Indonesia, 8(2), 111–125.


Comments

Popular posts